Sesi ke-5 di hari kedua oleh kak Margareth Meutia (kak Maggie) selaku Footprint Campaign Coordinator WWF-Indonesia, yang membahas "Membangun gerakan konsumen yang bertanggung jawab".
Menjadi konsumen merupakan peran yang dimiliki oleh manusia, maka dari itu nasib bumi juga berada dalam tangan manusia itu sendiri.
Kamu termasuk konsumen? Pertanggung jawabkan apa yang kamu beli, karena yang kamu beli adalah apa yang kamu dukung. Ayo saatnya #BeliYangBaik , membeli barang-barang yang memiliki label ramah lingkungan.
Sekitar 63% konsumen bersedia untuk menggunakan atau membeli bahan-bahan yang berbahan ramah lingkungan dengan harga sedikit mahal, karena mereka merasakan langsung akibatnya yaitu pemanasan global. Kendala dari #BeliYangBaik yaitu harga yang sedikit mahal dan ketersediaan produk di pasaran.
Beli Yang Baik terdiri dari : beli yang perlu, beli yang lokal, beli yang alami, beli yang awet dan beli yang ekolabel.
Setiap perbuatanmu akan berdampak, maka apa yang kamu beli juga bisa berdampak bagi lingkungan. Saat ini keputusan ada ditanganmu, berdampak apakah yang akan kamu beli? Berdampak buruk untuk lingkungan atau berdampak baik untuk lingkungan? Jadilah konsumen yang cerdas dan bertanggung jawab.
Sesi 5 yang dibawakan sangat mengesankan, sama halnya dengan sesi-sesi sebelumnya. Aku dikelilingi gudangnya ilmu dan relasi.
Terima kasih Pratama Foundation telah membawaku kesini, Terima kasih Earth Hour Balikpapan memberikan kesempatan kepadaku berada disini.
Waktu makan malam sudah tiba dan telah siap, sebelum berlanjut ke sesi berikutnya seluruh peserta dipersilahkan beristirahat dan makan malam sejenak.
Dinginnya Puncak membuat makan malam terasa indah dan terasa hangat karena dikeliingi teman-teman dan keluarga yang baru.
Suasana makan malam hari itu menambah semangat untuk menanti sesi berikutnya.
Sesi ke-6 dihari kedua oleh kak Dwi Aryo Tjiptohandono selaku Marine & Fisheries Campaign Coordinator WWF-Indonesia, yang membahas "Teman Taman Laut".
Banyak hal yang dieksploitasi dari laut bukan untuk kebutuhan hidup. Kondisi laut kini, temperatur atau suhu sudah mulai meningkat, artinya keanekaragaman hayati dan ekosistem telah mengalami perubahan yang mengarah kepada hal negatif.
Saat ini, tantangan yang ada dilaut berupa : Hanya 10% dari 17,9 juta hektar kawasan konservasi perairan yang dikelola dengan baik. Sisanya adalah kawasan konservasi diatas kertas, Indonesia adalah negara terbesar kedua yang berkontribusi dalam sampah di laut setelah China dengan 3,2 juta sampah plastik pertahun didalam sampahnya.
Data terbaru dari LIPI, hanya 6,39% terumbu karang di Indonesia berkondisi baik dan 35,1% dalam keadaan waspada. Ditahun 2014, Indonesia masih menjadi produsen ikan hiu terbesar dan berkontribusi sebesar 12,3% dari total produksi hiu di dunia, bahkan 52% dari 3.489 juta hektar mangrove dalam keadaan rusak dan 40% dari sumber daya perikanan di Indonesia berstatus over fishing atau diambang batas penangkapan.
Bagaimana solusinya?
WWF mengajak publik untuk mengenali, mengunjungi dan mengawasi kawasan konservasi perairan yang di Indonesia jumlahnya 17,9 juta hektar (165 kawasan), serta dapat melalui Marine Buddies, pelaporan aktivitas bahari bisa dilaporkan serta dapat berbagi pengalaman.
Kegiatan hari kedua ditutup dengan sesi materi dari kak Adji Santoso selaku Head of Brand and Partnership WWF-Indonesia & kak Chris Rahardian selaku Earth Hour Indonesia, mereka membahas tentang "Clinic Discus for Corporate, Partnership & Brand Engagement, Campaign Guideline.
Kegiatan dan materi di hari kedua berjalan dengan lancar. Cukup padat serta cukup menambah ilmu.
Sekitar jam 10.30-11.00 setiap peserta dipersilahkan menuju villa untuk beristirahat dan bersiap menerima materi selanjutnya pada esok hari.
Sabtu, 3 Februari 2018.
Sama seperti pagi di hari sebelumnya, aku mandi, bersiap-siap lalu kemudian menuju aula untuk sarapan pagi dan absen. Kurang lebih sekitar 1 jam 20 menit setelah makan, dimulailah sesi ke-7 dihari ke 3 yang dibawakan oleh kak Rizal Malik selaku CEO WWF-Indonesia, yang membawakan materi "Membangun strategi kolaborasi dan aksi untuk konservasi di Indonesia".
Konservasi yang pertama kali dilakukan adalah konservasi badak Jawa yang hampir punah 55 tahun lalu.
Dari segi keanekaragaman hayati, Indonesialah yang paing kaya. Namun, dari segi kerusakan alam, Indonesia pun berkontribusi sangat besar di dunia. Ini terjadi karna kesalahan dalam pembangunan, tidak adanya pertimbangan lingkungan dalam keseimbangan alam dan yang paling besar berpengaruh adalah ekspansi kelapa sawit.
WWF (World Wide Life Fund for Nature) tidak hanya melakukan konservasi pada binatang, tetapi juga memulihkan habitat rusak, salah satunya di Taman Nasional Sebangau, Kalimantan dengan menanam pohon, membangun dam (jembatan) dan lainnya, selama 10 tahun orang utan telah hidup melebihi dari jumlah yang ada sebelum pemulihan lingkungan.
Selanjutnya sesi ke-8 dihari ketiga oleh kak Anton William selaku Head of Retention KUMPARAN.COM, yang membahas "Digital Colaborative".
Kami diajarkan cara bagaimana menggunakan kumparan.com untuk memposting aksi yang dapat diakses lebih jelas dan lebih lengkap.
Kami dibimbing membuat akunnya serta praktek secara langsung membuat kumparan dengan pembahasan salah satu aksi yang telah dilakukan. Saat itu Earth Hour Balikpapan berkesempatan memposting artikel di kumparan yang berjudul "Balikpapan bebas puntung rokok" yang merupakan salah satu aksi dari Earth Hour Balikpapan.
Setiap sesi memiliki keseruan dan tantangannya masing-masing, bertemu dengan sekumpulan orang-orang cerdas yang membagikan pengalamannya dengan ikhlas kepada seluruh peserta KUMBANG Nasional 2018.
Terima kasih Earth Hour Balikpapan dan Pratama Foundation yang memberikan aku kesempatan untuk berada ditengah-tengah orang hebat seperti mereka.
Waktu menunjukkan siang hari yang terik, peserta KUMBANG Nasional 2018 dipersilahkan untuk istirahat makan dan sholat sebelum menuju sesi berikutnya.
1 jam telah berlalu, Sesi ke-9 dihari ketiga oleh kak Ari Wijanarko Ad ipratomo selaku KWARNAS PRAMUKA, yang membahas mengenai "Peran Pramuka dalam Restorasi Ekosistem dan Konservasi alam di Indonesia"
Gerakan pramuka di Indonesia merupakan yang terbesar di dunia, ada 40 juta orang yang aktif dalam kegiatan kepramukaan.
Misi dari kepramukaan adalah berkontribusi pada pendidikan yang berdasarkan pada Hukum Kepramukaan untuk membangun dunia yang lebih baik.
Saka kalpataru merupakan salah satu sub kegiatan pramuka yang berfokus pada lingkungan. Climate Change merupakan tanggung jawab dari semua pihak terutama pemerintahan internasional, apabia perjanjian Paris tidak dapat dipenuhi maka pada tahun 2030 bumi akan mengalami kenaikan suhu 4 derajat celcius. Menurut NASA, pada tahun 2014 emisi karbon dunia sudah mencapai angka 400 ppm.
Sesi ke-10 dihari ketiga oleh kak Putra Agung selaku Sustainable Palm Oil Program Manager WWF-Indonesia, yang membahas mengenai "Konsep transformasi pada pola produksi dan konsumsi komoditas yang lestari serta berkelanjutan".
Kelapa sawit merupakan sumber devisa negara terbesar kedua, namun masalahnya adalah cara pengolahannya tidak sustainable.
Di Indonesia menghasilkan kelapa sawit sebanyak 4 ton, karena Indonesia lemah dalam bidang teknologi. Di Uni Eropa sekarang juga menyuarakan/mengkampanyekan biofuels, bukan hanya palm oil tetapi edible oil lainnya.
Sesi ke-11 dihari ketiga oleh kak Karina Lestiarsi selaku WWF-Indonesia, yang membahas mengenai "Clinic Discus for Financial & administration report".
Kak Karina menjelaskan mengenai laporan administrasi yang baik dan sesuai peraturan, seperti : Apabila pengeluaran diatas satu juta maka harus ada materainya karena ada aturannya dalam UUD, Jika dibawah satu juga bisa menggunakan struk, bon dan lain sebagainya, bisa juga dengan kop surat atau apabila tidak ada kop surat bisa dengan tanda tangan dengan cap. Batas laporan maksimal 2 bulan setelah hari kegiatan, apabila melebihi itu dianggap tidak valid.
Tidak terasa waktu berlalu begitu saja. Hari ketiga sudah dipenghujung senja, semua sesi materi dari para pembicara hebat yang membagikan ilmunya akhirnya telah berakhir. Semoga ilmu dan pengalaman yang disampaikan pada sesi materi dapat berguna dan menjadi bekal dimasa nanti.
Setelah sesi ke-11 selesai, itupun tanda selesailah materi di hari ke satu dua dan tiga.
Waktu menunjukkan kurang lebih jam 18.00 WIB. Kegiatan tetap dilanjutkan dengan Pengantar Focus Grup Discussion & Peembagian Kelompok yang langsung disampaikan oleh kak Galih Aji Prasongko selaku koordinator Earth Hour Indonesia.
Kurang lebih 30 menit-40 menit pengantar FGD & pembagian kelompok disampaikan, seluruh peserta dipersilahkan untuk makan malam dan bersiap-siap untuk Focus Grup Discussion sesi pertama yang akan dilaksanakan 1 jam 30 menit lagi.
Makan malam selesai, FGD sesi pertama dimulai yakni : "Goals & Target"
Masing-masing kelompok sedang sibuk dan berdiskusi bersama dalam FGD sesi pertama yang waktunya cukup panjang.
|
Kelompok aksi |
Kelompok Aksi (Climate Changes, Biodiversity dan Green Life Style). Yang dibimbing oleh kak Chris dan kak Aryo.
Kelompok ini terdiri dari : Semarang, Makassar, Tangerang, Aceh, Pontianak, Balikpapan, Purwokerto, Palopo, Denpasar, Samarinda dan Mataram.
Dan aku berada di kelompok ini.
Kelompok Aksi membahas target yang akan dilakukan termasuk aksi serentak Earth Hour se-Indonesia.
|
Kelompok Digital |
Kelompok Digital yang terdiri dari : Batu, Palu, Bekasi, Kendari, Jayapura, Solo, Serang, Yogyakarta, Bandar Lampung, Pekanbaru dan Bandung.
Yang dibimbing oleh kak Yoan, kak Nur Arinta, kak Della, kak Raka, kak Rizal Adi Saputra dan kak Irfan Saputra.
Kelompok ini akan membahas berapa juta target pendukung yang ingin dicapai.
|
Keompok Project |
Kelompok Project (Sustainable Consumption Production) terdiri dari : Bogor, Bandung, Sidoarjo, Malang, Surabaya, Kediri, Depok, Cimahi dan Jakarta.
Yang dibimbing oleh kak Margaret Meutia dan kak Cristian N.
Kelompok ini akan membahas target kampus dengan cara menbuat highlight 1 kota 1 kampus.
Waktu terus berjalan dan berlalu, tidak terasa sudah sangat larut. Peserta dipersilahkan beristirahat ke villa masing-masing dan melanjukan diskusi besok pagi.
Ada beberapa kelompok yang melanjutkan diskusinya sedikit lagi dan ada yang langsung menuju villa untuk beristirahat mempersiapkan stamina untuk besok pagi.
Malam itu dingin, hujan rintik menambah dingin suasana. Suhu terkadang bisa menyentuh 16-17 derajat celcius.
Setelah aku dan kelompokku berdiskusi, aku langsung menuju villa untuk menghangatkan diri. Mengingat mata teman-teman saat itu sudah mau padam karna sudah larut.
Kasur, selimut, bantal, guling dan semuanya yang berbentuk kain terasa lembab didalam kamar. Aku tidur ditemani udara dinginnya kota hujan.
Malam berlalu, pagi datang dengan riang. Ini hari Minggu, 4 Februari 2018.
aku bergegas mandi, bersiap-siap dan seperti biasa menuju aula untuk sarapan dan absen sembari menunggu kegiatan selanjutnya.
Pagi ini dilanjutkan dengan FGD sesi 2 di hari ke empat yang akan berdiskusi dan membahas "Strategi Komunikasi(Pesan) & Ide Program".
masing-masing kelompok masih riuh membahas topik mereka, berdiskusi tentang apa yang akan di hasilkan dari diskusi mereka, ide apa yang akan ditambahkan dan banyak yang lainnya.
Begitu pua dengan aku dan kelompok aksiku, kami membuat sebuah rancangan aksi yang sudah dilakukan beberapa Earth Hour kota dan mencoba menyatukannya untuk dijadikan aksi serentak Earth Hour se-Indonesia.
Diskusi terus berlanjut, muka serius sudah dimana-mana.
3 jam berlalu dengan diskusi yang panjang. Angka jarum jam menunjukkan pukul 12.05 WIB kira-kira, sebagai pertanda waktu istirahat, makan dan sholat telah tiba. Juga pertanda bahwa FGD sesi ke-2 telah usai dan harus diakhiri.
Semua kelompok bergegas makan siang. Ada yang makan siang sambil bersantai, ada yang makan siang sambil berdiskusi, banyak macamnya makan siang hari itu.
Tidak usah berlama-lama, tidak usah berleha-leha terlalu lama, mengingat masih ada program yang akan didiskusikan kembali.
Maka, kegiatan segera dilanjutkan untuk FGD sesi 3 pada hari ke empat.
FGD sesi 3 merupakan final dari apa yang telah didiskusikan yakni "Perencanaan & Timeline".
Dalam sesi ini, semua kelompok di upayakan untuk sudah siap membuat perencanaan dan timeline. Kelompok Digital menghasilkan perencanaan & timeline untuk kegiatan online dan pencapaian target, Kelompok Aksi menghasilkan perencanaan & timeline untuk aksi serentak Earth Hour se-Indonesia dan Kelompok Project menghasilkan perencanaan & timeline untuk kampanye/strategi BeliYangBaik 1 kota 1 kampus.
Diskusi yang terakhir ini dilaksanakan cukup panjang dan over waktu, karena harus benar-benar mempersiapkan kematangan untuk presentasi perkelompok nanti.
Namun, tidak usah menunggu lama. Semua kelompok harus sudah siap mempresentasikan hasil diskusinya karna waktu FGD sesi 3 sudah habis.
Sesi presentasi kelompok dimulai. Masing-masing kelompok mempunyai waktu 40 menit untuk mempresentasikan hasil diskusinya sekaligus tanya jawab.
Kelompok Aksi mempresentasikan hasilnya seperti penjabaran timeline yang dibuat, main actitynya Earth Hour Goes To School, tujuannya mengedukasi, menggunakan senjata hijau (lunch box, tumbler, sapu tangan, reusable bag), kota yang akan melaksanakannya 31 kota, targetnya siswa siswi, guru, pihak kantin, orangtua murid, indikatornya 2.020.000 siswa di seluruh Indonesia, dan lain sebagainya.
Kelompok Digital mempresentasikan hasilnya seperti penjelasan campaign online serentak Earth Hour Indonesia, dengan contoh tanggal 22 Maret Topik Hari Air, konten sumber air, hemat air, pencemaran air, manfaat keberlangsungan air, todsnya infografis, hastagnya #IniAksiku yang akan menjadi trending, di share serentak di Instagram, Twitter, Facebook dan sosmed aktif lainnya.
Kelompok Project mempresentasikan hasilnya yang berupa rancangan mengkampanyekan Beli Yang Baik di 9 kota di Indonesia contohnya, Surabaya akan mengkampanyekannya dengan cara target orang-orang yang bersantai di kafe lalu mensosialisasikannya.
2 jam kemudian, waktu presentasi beserta tanya jawab sudah habis dan berlalu. Diskusi serta presentasi yang mengagumkan dari semua kelompok yang akan menghasilkan suatu timeline dan aksi serentak untuk Earth Hour di Indonesia. Setelah rangkaian presentasi dilalui, kami semua lanjut ke kegiatan selanjutnya yaitu "Konsolidasi Timeline/Jadwal Kampanye" oleh kak Galih dan kak Chris.
Atau lebih tidak asingnya bisa disebut diskusi bersama, koreksi & tanggapan menyeluruh sekaligus menetapkan hasil dari seluruh diskusi.
Materi tuntas, presentasi selesai. Inilah keluarga baru yang aku dapatkan di Puncak Bogor, Jawa Barat dalam KUMBANG Nasional 2018. Kumbang tahun ini dikabarkan sebagai kumbang terbanyak dari tahun-tahun sebelumnya. Ada 31 kota di dalamnya, ada beragam suku dan budaya dari Aceh hingga Papua.
Terima kasih Earth Hour Balikpapan dan Pratama Foundation yang telah mempertemukan aku dengan keluarga baru yang memiliki visi misi yang sama di seluruh Indonesia.
Semoga kami semua selalu terkoneksi dan beraksi untuk bumi.
Setelah semuanya jelas dan menemukan titik temu, menemukan usulan/ide baru, menemukan jawaban baru, selesailah semua jenis rangkaian Focus Grup Discussion di hari ke empat ini.
Seluruh peserta KUMBANG Nasional 2018 dipersilahkan untuk makan malam lalu bersiap-siap mengenakan baju adat kota/daerahnya masing-masing dan kembali ke aula untuk sesi lepas malam yang artinya perpisahan.
Rasanya menyenangkan sekali aku bisa mengenalkan budaya Kalimantan Timur kepada 31 kota yang ada di aula saat itu, melihat beragam budaya dari Aceh hingga Papua dimalam itu.
Menyenangkan sekligus menyedihkan karena yang berarti malam ini adalah malam perpisahan bagi kita semua.
Aku dan teman-teman satu villa udah siap dan menuju aula. Aku mengenakan pakaian Dayak dari Kalimantan Timur, tampak indah dipadukan dengan hijab merah sebagai warna kesukaanku.
Aku dan kak Ban juga membawa makanan lokal Balikpapan yakni Amplang, semua kota juga membawanya dan tersedia beraneka jenis makanan lokal Indonesia diatas meja sana.
Sesi lepas malam di isi dengan rangkaian hiburan seperti, senam ram sam sam, fashion show per-regional, unjuk bakat per-regional, karaoke bareng dan masih banyak yang lainnya.
Aku dan regional Kalimantan membawakan bakat akting dengan dubbing.
Sesi lepas malam ini juga diwarnai riuhnya suara hujan, dinginnya hembusan angin yang akan membawa suasana ini menjadi kenangan yang tidak terlupakan.
Sudah terlewati 5 hari 4 malam yang mengagumkan. Aku tidak mau melewatinya, semua terasa begitu indah dan hangat. Ah, Bogor! aku akan merindukan hujan dan dinginmu. Begitu kata ku sembari aku tersenyum dengan salah satu temanku disana.
Jam terus berjalan tanpa bisa dihentikan seperti jantung yang terus saja berdetak, dan aku harus merelakan malam itu habis lalu menjadikannya sebuah kenangan yang ada didalam kotak anganku.
Jarum jam menunjuk keangka 2 lebih 15menit, oh tidak! ini sudah pagi. Malam terakhirku sudah berakhir, rasanya baru kemarin aku berada disini.
Baiklah, aku menulisnya dengan wajah tersenyum rindu, dengan menuliskan semuanya disini aku merasa aku masih berada disana.
Ini potret kami yang mungkin akan abadi.
Sesi lepas malam sudah mulai menghilang, beberapa orang memutuskan untuk tidur duluan. Karena jujur saja lelah namun bahagia. Aku juga ikut turun kebawah menuju villa untuk berganti baju dan berkemas barang-barangku karna akan pulang besok.
Beberapa orang masih bertahan di aula untuk sekedar ngobrol dan bernyanyi.
Aku turun, karna sudah larut. Aku suka hujan dimalam itu.
Tepat jam 02.30 WIB, aku memainkan hujan didepan villa agapanthus, merasakan dinginnya dan berharap esok nanti akan kembali kesini.
Aku kedinginan, lalu aku tertidur.
Ini adalah kak Ani, dia teman sekamar aku di Villa Agapanthus selama 5 hari 4 malam.
Kak Ani berasal dari Palopo, dia orang yang lucu, asik dan selalu bercerita denganku sebelum aku tidur.
Kami sekamar hanya berdua, sebenarnya bertiga namun teman kami yang satunya hanya singgah sehari aja nginapnya.
Jadi kesimpulannya kami hanya berdua.
Yang paling aku ingat adalah ketika setiap mau mandi selalu nanya "siapa ini yang duluan" dan percakapan lainnya yang menyenangkan sekaligus menenangkan.
Sampai ketemu lagi kak! Jangan lupain bungsu ya!
Hallo! kami dari regional Kalimantan.
Perkenalkan dari yang paling kanan baju biru;
Namanya kak Putra dari Kutai Barat, kak Eka dari Samarinda, kak Findy dari Pontianak dan kak Ban dari Balikpapan.
Senin, 5 Februari 2018.
Tanggal kepulangan dan tanda semua telah selesai dengan tuntas.
Aku terbangun agak siang sekitar jam 6 pagi, karna biasanya bangun jam 5 pagi.
Aku sangat lelah dicampur bahagia, aku segera mandi dan bergegas keluar kamar.
Ternyata, semuanya masih terlelap. Pagi ini masih hujan, masih dingin seperti biasa. 5 hari 4 malam berada disini, hanya sekali aja suhu menyentuh angka 20 derajat celcius. Matahari terihat hanya sinarnya yang tidak terlalu cerah dan pekat karna kalah dengan oksigen yang kaya dari para pepohonan. Sejuk!
Aku sudah siap dan segera menuju aula untuk sarapan serta absen. Ketika aku lagi sarapan sama kak Ani, terlihat beberapa teman-teman sudah membawa koper dan tasnya, namun aku masih meninggalnya di villa. Aku cepat menyelesaikan sarapan kemudian langsung mengambil koper dan membawanya ke aula.
Bus sudah siap didepan aula, hujan masih saja mengguyur dan aku masih bersantai ditemani teh hangat dengan asapnya. Perjalanan dijadwalkan pukul 11.00 WIB, sekarang masih pukul 09.00 WIB kira-kira.
Tidak lama kemudian, seseorang berseru "ayo yang sudah segera langsung masuk bus, ada longsor kita harus cepat cepat, kalau nggak bisa jadi tidak dapat lewat." sontak aku yang mendengarnya langsung bergegas dan meninggalkan teh hangatku yang masih berasap.
Semua orang berpamitan, saling menyampaikan pesan, saling berpelukan dengan cara terburu-buru.
Langsung saja kumasukkan koperku kedalam bus yang tujuannya ke bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta.
Karena terjadi longsor, keberangkatan kami pun dipercepat. Sekitar jam 09.30 WIB kami didalam bus untuk turun dari Puncak. Aku sempat berpamitan dengan beberapa orang yang ada di aula. Sambil mengatakan sampai jumpa!
Yang ada ditelinga hanya terngiang kata longsor dan longsor, kami lewat jalan lain untuk menghindari longsor, semoga macet tidak terlalu parah.
Mereka adalah teman-teman satu Villa di Villa Agapanthus. Potret abadi ini diambil sebelum kami semua berangkat, diambil saat yang lain sedang buru-buru masuk ke dalam bus. Luar biasa!
Perkenalkan dari kiri :
Namanya kak Lulu dari Bekasi, kak Ani dari Palopo, kak Amel dari Aceh, kak Aisyah yang aku rasa dari Kediri atau Kendari ya? soalnya mukanya ada yang mirip:(, selanjutnya kak Clara dari Jakarta, kak Dita dari Tangerang, kak Tobing dari Surabaya dan kak Vio dari Sidoarjo.
Mereka semua unik-unik, mereka semua kadang suka julid, suka bully aku ahahaa. Mereka manggil aku dengan sebutan "Bungsu" karna kebetulan aku paling bungsu dari mereka semua.
Yang paling aku ingat, kalau tiap malam sehabis materi lalu ke villa, sebelum tidur wajib nonton ini talkshow Net Tv. Dan kita semua ketawa ngakak bukan karna program TV nya, tapi karna kak Tobing kalu ketawa nyaring abiss.
"Sampai jumpa bungsu"
"Sampai ketemu lagi bungsu"
"Baybay Bungsu"
"Baek-baek disana ya bungsu"
Karna macet yang luar biasa ketika menuju Jakarta, sudah nggak ngehitung berapa jam perjalanan dari Bogor ke Jakarta, seharusnya kalau normalnya kurang lebih 2 jam ya.
Ditambah lagi bus mampir di Stasiun Gambir karna mengantar teman-teman yang lain.
Keika sampai di Jakarta ternyata juga hujan.
Kira-kira aku sampai di Bandara Halim Perdana Kusuma sekitar jam 5 sore. Aku dan kak Ban beserta teman-teman yang juga turun di Bandara Halim dengan tujuan Bali, Medan dan Surabaya menurunkan barang lalu menuju tempat makan sembari menunggu waktu cek in dibuka.
Sudah kenyang, siap terbang. Waktu perpisahan kembali tiba, sampai jumpa yaa semuanya.
Saatnya cek in, menuju ruang tunggu dan kemudian terbang dari Jakarta ke Balikpapan dengan pesawat Batik Air.
Setelah beberapa jam, sekitar jam 11 lewat aku dan kak Ban sampailah di Balikpapan, tidak hujan.
Seperti itu perjalananku mengukir kenangan dan pembelajaran selama 5 hari 4 malam di kota hujan.
Aku, Nandini Eka Putri dengan hormat dan dari lubuk hati mau mengucapkan Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Earth Hour Balikpapan yang sudah banyak mengajarkan tentang alam kepada Nandini, sehingga Nandini bisa bermimpi untuk memiiki teman-teman sekaligus keluarga yang mempunyai visi misi yang sama seperti Nandini.
Dan, secara hormat dari lubuk hati yang paling dalam, Nandini juga mau mengucapkan banyak Terima kasih kepada Pratama Foundation yang sudah mendukung serta mewujudkan mimpi Nandini untuk bertemu dengan teman-tema yang memiliki visi misi yang sama.
Terima kasih kak Yoga sudah mempercayakan Nandini menerima beasiswa ini dan membuat Nandini semakin semangat untuk mengejar mimpi seperti kak Yoga.
Semoga niat baik dan bantuan yang kak Yoga lakukan melalui Pratama Foundation dapat dibalas oleh Allah SWT.
Sukses selalu untuk kak Yoga dan tentunya juga untuk Pratama Foundation. Semoga selalu bisa bersinar dan temukan anak muda menginspirasi lainnya!
Potret bersama kak Yoga.
"Diam adalah caramu memaafkan, berbicara adalah caramu menyebutkan kekecewaan, dan membenci bukanlah bagian dari semua nya."
Begitulah kira-kira sajak yang cocok dinikmati saat ini.
Kebaikan dan kebenaran pun tidak akan menjadi sejarah,
Apalagi sempurna, justru tidak akan pernah ada.
Begitulah deskripsi yang cocok untuk semua manusia yang ada.
2014 x 2018.
Inilah salah satu orang dari kebanyakan orang di dunia yang membuat saya belajar banyak tentang sesuatu seperti mimpi.
Ada satu genggaman tangan yang berisi macam-macam mimpi dengan beragam cara dan usaha yang berbeda-beda namun tujuannya sama.
Ia menunjukkan banyak hal yang ternyata mengandung sebuah makna, seperti;
Lepaskanlah mimpi itu bersama udara yang ada di dunia,
Sekedar agar lebih mudah terbang bersama untuk menggapainya.
Dan, tantangan yang ada juga akan lebih terasa nantinya.
Tantangan bukanlah sebuah penghalang.
Jadilah seperti udara,
Lewati apapun yang menghadangmu tanpa mengganggu.
Namun, ketika kamu datang, kamu akan lebih dari sekedar menyejukkan.
Maka, berhenti lah berbicara jika hanya ingin mencari sebuah kesalahan. Karena manusia adalah gudangnya salah.
Bagi orang yang tidak menyukaimu;
kebaikan dan kebenaran yang telah kamu lakukan bagaikan duri didalam jerami;
Tidak akan pernah nampak, apalagi berdampak.
Dan aku tidak membutuhkan pujian jika akhirnya akan menjadi celaan.
Balikpapan, 2018
-
Sekali lagi, terima kasih Pratama Foundation.
Berakhirlah cerita pengalamanku yang satu ini, terima kasih untuk teman-teman yang sudah mau menjadi saksi ceritaku.
Sampai ketemu di perjalananku yang lain. Terus ikuti cerita di blog aku ya!
Daaan...
Sampai ketemu di Blog aku selanjutnya.
Jangan lupa kunjungi Instagram aku di @nandiniep atau email aku di nandinieka101@gmail.com untuk sharing/kritik & saran ya.
Salam,
Nandini