Jumat, 01 Juni 2018

Pengalaman sebagai peraih Beasiswa Pratama Foundation



Assalamu'alaikum teman-teman,

Kali ini aku akan bercerita tentang perjalanan panjangku ketika berusaha meraih beasiswa  dari "Pratama Foundation" yang berencana akan memberangkatkan satu orang dari volunteer Earth Hour Balikpapan untuk mengikuti Kumpul belajar bareng Nasional atau yang biasa disingkat sebagai Kumbang Nasional Earth Hour di seluruh Indonesia yang dilaksanakan di Cibodas Bogor, Jawa Barat. Aku akan menceritakannya sampai ketika aku berhasil ditetapkan sebagai peraih beasiswa tersebut.
Mudah-mudahan pengalaman ini berguna bagi teman-teman yang memiliki niat tinggi dan kemauan besar serta rasa percaya diri untuk mengembangkan dirinya.

Sebelum aku bercerita lebih jauh, yuk kenalan dulu sama Pratama Foundation.

http://www.google.com/url?q=http%3A%2F%2Fbangyog06.blogspot.com%2F2017%2F12%2Fpratama-foundation.html%3Fm%3D1&sa=D&sntz=1&usg=AFQjCNHaihU8sdp-a6UhKwB2ruY5ipiigA

Pratama Foundation merupakan yayasan sosial yang telah dibangun oleh salah satu anak muda kota Balikpapan yang bernama Yoga Pratama (BangYog).
Pratama Foundation didirikan sejak tahun 2014 dan bergerak di bidang pemberdayaan pemuda yang memiliki Visi membangun potensi pemuda daerah dengan berdasar 3 pilar utama Kebahagiaan, Nasionalisme dan Pemberdayaan.
Lambang Pratama Foundation berwarna Merah, Kuning, dan Hijau yang memiliki filosofi :
Merah : Melakukan aksi nyata dengan semangat untuk membangun Indonesia.
Kuning : Mengedepankan dan menyebarkan kebahagiaan dalam mengembangkan setiap potensi anak muda.
Hijau : Merangkul setiap anak muda Indonesia dalam aksi positif melalui kedamaian dan dinamisasi teknologi.

Tulisan Pratama merupakan nama Founder Pratama Foundation yaitu Yoga Pratama.

Dalam mewujudkan aksi nyata untuk membangun Kalimantan Timur dalam berkolaborasi dengan setiap daerah untuk membangun Indonesia, Pratama Foundation berusaha membantu dalam pengembangan setiap potensi anak muda daerah dengan melakukan pemberdayaan maupun dukungan finansial untuk menggapai setiap mimpi anak muda Kalimantan Timur.

Nah, itu tadi penjelasan sedikit tentang Pratama Foundation.
Sekarang yuk kita bahas lebih detail tentang Founder Pratama Foundation. Seperti apasih kira-kira Founder Pratama Foundation ini?


Founder Pratama Foundation merupakan salah satu anak muda kota Balikpapan yang memiliki banyak prestasi dan pencapaian. Berjiwa muda dengan pemikiran kritis yang membuat dirinya berhasil menjemput banyak pengalaman diusianya yang masih sangat muda.
Ayo, langsung aja kenalan!

Lelaki tampan berusia muda ini memiliki nama lengkap Yoga Pratama,
Lahir di Balikpapan pada 06 Agustus 1995. Kak Yoga mempunyai cita-cita tertinggi yakni:
  • Ingin menjadi walikota Balikpapan ditahun 2030.
  • Ingin menjadi menteri ESDM RI ditahun 2045.
Wohaaaa! Cita-cita yang mulia dan luar biasa sekali ya! Berikan tepuk tangan yang meriahhh....
Memiliki mimpi dan cita-cita yang hebat, kak Yoga pun berusaha mewujudkannya dengan doa serta usaha yang maksimal. Seperti dengan mengimbanginya dengan beberapa pencapaian yg pernah ia capai:
  • Peserta Indonesian Youth Conference 2014
  • Delegasi Kalimantan dalam International Clean Energy
  • Steering Commitee Borneo Youth Change Makers 2015
  • Campaigner dan Penanggung Jawab Program Berbagi Terang Cahaya Untuk Punan
  • Ketua Pertamina Energi Negeri 2 Balikpapan 2017
  • Program Volunteering IMKALTIM
  • Owner Master of banana cake and pastry & pepiting Balikpapan (pepes kepiting Balikpapan)
  • Pemenang kompetisi Blog #15HariCeritaEnergi dan berkesempatan berkunjung ke IEA di Prancis
  • Mengikuti International Clean Energy Forum di Paris.
Wohaaaaa!!! Tepuk tangan lagi teman-teman. Banyak banget ternyata prestasi dan pencapaian yang dicapai oleh kak Yoga Pratama selaku Founder dari Pratama Foundation ini. Padahal beliau juga bekerja di salah satu perusahaan BUMN, namun bisa membagi waktunya dengan luar biasa seperti ini. Kok bisa ya?
“Saya kerja 8 jam sehari, setelah jam kerja biasanya dilanjutkan waktu rapat bareng komunitas, setelah itu lanjut kuliah mengambil kelas malam. Untuk conference di luar dan dalam negeri biasanya saya memanfaatkan cuti dan  dapat dukungan berupa izin dari perusahaan, untuk kegiatan komunitas biasanya saya lakukan saat weekend sehingga ga terlalu menggangu waktu kerja” -Yoga Pratama
Begitulah penjelasan kak Yoga mengenai pembagian waktunya, penjelasan ini di share oleh salah satu akun instagram yang ada diBalikpapan.

Teman-teman, apakah kalian tau? ternyata ada prestasi dan pencapaian kak Yoga yang baru-baru ini loh. Apa itu?

Iya, bener. Kak Yoga baru saja berkunjung ke IEA di Prancis dan mengikuti banyak kegiatan disana yang membahas banyak tentang Energy.
Ia mengikuti International Clean Energy Forum di Paris. Keren ya!
Artikel berikut di lansir Kaltim Post.



Dan dalam penjelasan yang di share oleh salah satu akun instagram di Balikpapan juga, kak Yoga sempat menyampaikan sebuah pesan singkat untuk kalian semua nih. Begini isinya:

“Buatlah cita-cita dan tujuan kalian, raih cita-cita kalian dengan kerja keras dan kejujuran, dan Jadilah versi terbaik dari diri sendiri, Set A Goal, Doing Hard Work and be The Ultimate You!”

Bagaimana? Apakah kamu terinspirasi dengan sosok Founder Pratama Foundation ini? Tentu saja! aku juga demikian.

Jika kalian ingin lebih jauh mengenal kak Yoga Pratama selaku Founder Pratama Foundation, atau ingin menyaksikan perjalanannya, kalian bisa kunjungi blog kak Yoga di http://bangyog06.blogspot.com/ atau beberapa sosial media beliau seperti :
- Instagram/twitter : @yogpratam
- Facebook : Yoga Pra Tama

Gimana teman-teman? sudah kenalan kan sama Pratama Foundation beserta foundernya?

Nah, yuk sekarang aku lanjut ke perjalanan mengesankan aku saat menuju ke Cibodas, Bogor Jawa Barat dan ketika ada disana sekitar 5 hari 4 malam. Cekidot!

Saat itu, sebelum aku diputuskan sebagai volunteer Earth Hour Balikpapan yang menerima beasiswa dan akan berangkat ke Bogor, aku sempat melalui beberapa persyaratan untuk di seleksi kemudian dipilih.

Namun pada saat itu aku tidak langsung menetapkan apakah akan ikut beasiswa itu atau tidak. Karena, diwaktu yang bersamaan aku sedang menjalani masa Praktek Kerja Lapangan dari sekolahku sendiri, banyak yang cukup aku khawatirkan sebelumnya, seperti aku takut tidak diberi izin oleh perusahaan/kantor tempat aku menjalani Praktek Kerja Lapangan (PKL) karna alasan aku baru saja masuk tepat sebulan yang lalu, aku takut tidak diberi izin oleh pihak sekolah karena alasan takut ketinggalan pelajaran di masa PKL. Begitu banyak kebimbangan dan rintangan saat itu, namun teman-teman aku sendiri bahkan teman-teman dari Earth Hour Balikpapan memberikan masukan untuk aku agar coba dulu ikuti persyaratannya, karena masalah izin akan diberikan surat pernyataan izin dari mereka.
Banyak dorongan dan masukan mereka yang sangat positif dan membangun yang membuat aku berfikir kembali untuk ikut, yang tadinya aku berfikir bahwa aku tidak akan mengikutinya karna alasan yang sudah aku sebutkan.

Sampailah di 2 hari terakhir sebelum penutupan berlangsung, aku mencoba memberanikan diri untuk mengikuti persyaratannya yakni mengupload 7 isu-isu Earth Hour di instagram pribadi aku. Ketika saat itu, aku langsung saja menyiapkan materi berupa aksi kecil yang terkait isu-isu dan sudah aku lakukan dari dulu sampai sekarang untuk di upload di akun instagram pribadi beserta dengan caption yang senada dan dengan hastag #beasiswapratamafoundation #beasiswaehbpnkumbang2018 #earthhour #ehbalikpapan #lingkunganbalikpapan #welovebalikpapan sebagai salah satu syarat yang tertera.

Langsung saja, ini isu-isunya.

1. Tas Belanja/totebag
"Ibuku selalu belanja di pagi buta, selalu liat sunrise saat kepasar ciee. Tapi, risih ketika sampai dirumah, plastik bekas bungkus ikan, bungkus jagung, bungkus apa aja deh yang udah kuyel-kuyel. Plastik bungkusan itu atau kompek harus dibuang dong so pasti, ya masa di cuci terus dipakai lagi. Ribet parah!
Jadi, ibuku sekarang belanja pakai tas kain saat kepasar. Awalnya sering lupa, sering bilang "halah din sama ae". Alhamdulillah itu dulu;
Sekarang biarpun beli jagung aja, pasti pakai tas kain.
Selain awet dan kece, ketika dipakai atau ditenteng pun nggak sakit ditangan, beda sama pegangannya plastik atau kresek yang merah atau sejenisnya itu; sakit gitu pas ditenteng karna melar.
Alhamdulillah juga, ibu selalu nolak dikasih plastik. Kalau beli lombok juga pasti cuma di bungkus kertas doang, lalu masukin di Tas Belanja or totebag."

2. Tumbler/Botol minum
"Olahraga dikit, haus. Gerak dikit, haus. Ngeliat temen minum, haus. Nggak mungkin aku ngehabisin waktu untuk beli minum sana sini, setelah minuman di botol amdk habis, harus nyari tong sampah sana sini untuk ngebuang sampah nya. Ribet boy.
Sederhana, tumblr itu kebutuhan. Tumblr juga pengertian. Lo mau ngirit & nabung, lo mager kewarung? no worry. Tapi hal sederhana ini sudah banyak dikampanyekan, yang sebenarnya ga perlu dikampanyekan. Karna kebutuhan.
Sehat cuy minum air putih, mau beli es juga bisa ditaro di tumblr, jadi nggak keliatan jorok kalau nggak habis dan disimpan yang bukan di gelas plastik.
Pernah bangga ketika waktu itu ngelihat beberapa orang yang beli makanan & minuman pake tempat makan/tumblr. Kece bet dah. Selanjutnya kamu ya!
Jika belum terbiasa pake tumblr, coba deh dibiasakan. Karna nyaman/enak itu berawal dari keterbiasaan.
Mungkin dimulai dari berkumpul dengan orang-orang yang mager jajan kewarung hanya untuk beli botol minum, main denda-dendaan ketika ada yang nggak bawa tumblr atau sbgnya.
Ketika nggak bawa tumblr dan sangat kepepet haus, yaudah sana kewarung pake gelas."
3. Hemat kertas

"Sama halnya dgn kertas, lapuk memang sampahnya mudah terurai, disobek juga gampang tercabik-cabik. Rapuh memang hatinya kertas ini.

Serapuh-rapuhnya kertas, lebih rapuh lagi pepohonan yang sedikit demi sedikit mulai dikhawatirkan menyusut.

Aku selalu berusaha menggunakan kertas dengan bijak, salah satunya dgn cara memakai kertas bolak balik ketika mau ngeprint/nulis, menggunakan kertas sisa robekan untuk disimpan dan dipakai kembali sebagai coretan nama/data-data yg kecil.

Lebih bangganya lagi, bukan cuma aku yg ngelakuin hal sederhana ini, tetapi kantor tempat aku ngejalanin PKL pun melakukannya; yakni saat ngeprint 2 laporan, memakai 1 kertas dibolak-balik. Kertas sisa fotocopy nya pun bisa kembali digunakan lagi untuk menulis data kecil/catatan kecil lainnya."




4. Menanam Pohon

"Dulu awalnya tanganku suka gratil usil, nyabutin daun terus di remes kecil-kecil.

Tapi semenjak kelas 1 SMP naik ke kelas 2 SMP, ada jiwa-jiwa kritis all about lingkungan. Sampai saat itu aku tau bahwa hal kritis tadi bukan semata-mata hanya menanam pohon, tapi juga ada hal lainnya. Ya, termasuk salah satunya nanam pohon.

Pertama kali nanam pohon saat itu di greenhouse sekolah waktu SMP, rela beli bibit pohon beberapa kali di setiap hari dgn inisiatif sendiri terus ditanem sendiri. Sehingga saat itu aku kembali nanam, yakni Baby Mangrove dilumpur-lumpur dan di air-air yang alami abis.

Sempat tertinggal 2 tahun lama nya baby mangrove tidak ada kabar karna aku sibuk sekolah, sampai akhirnya ngejenguk lagi dan patah hati because beberapa baby mangrovenya mati karna serangan orang ketiga as hama:(

But, masih sedikit terhibur dengan melihat baby mangrove yang lain yang masih sehat segar dan tumbuh subur diperairan lumpur yang alami.

Ada rasa bahagia tersendiri ketika aku benar-benar back to nature, ngelihat udara yang diberikan pepohonan kepada kita.

Feedback yang luar biasa antara alam dan manusia."


5. Hemat Listrik

"Contoh kecilnya cabut charger yang masih tertancap di stopkontak, matikan lampu yang tidak terpakai, matikan AC/kipas angin yang juga tidak terpakai. Banyak manfaat yang diberikan dari menghemat listrik.

Selain menghemat budget, kita juga bisa memberikan listrik kepada daerah yang belum mendapatkan aliran listrik loh, dari pada listrik terbuang dan mengalir sia-sia lebih baik dibagi.

Sedikit demi sedikit sudah ada kesadaran akan pentingnya menghemat energi yang ada.

Kalau bukan dari diri sendiri yang sadar, siapa yang akan menyadarkan?

Memang bakalan mempan kalau diberitahu? kalau dikampanyekan?
Setelah ini, matikan alat elektronikmu yang tidak terpakai ya.
Kasian mamamu bayar listrik."

6. Daur Ulang
"Sempet seneng kemaren dikasih kesempatan untuk belajar bareng adik adik SMP 23 Balikpapan membuat reusable bag dari kaos bekas.
Koran bekas juga pernah aku jadiin topeng yang nggak bisa dipakai.
Lucu ya, nggak harus mahal biar menawan.
Tapi yang murah juga pun lebih rupawan karna tidak menambah sampah, malahan mengurangi sampah. Lalu, setelah ini apa yang mau kamu daur ulang?
Paling tidak, satu orang berhasil ngurangin sampah sedikit demi sedikit lalu dikalikan dengan milyaran lebih orang didunia ini. Pasti jadi banyak."

7. Transportasi Umum
Aku nggak perduli, ternyata ketidaksengajaan tebeng-menebeng ini juga berpengaruh positif untuk beberapa hal. Salah satunya; kita nggak akan kesepian selama perjalanan, ada yang ditunggu, termasuk juga menghemat energi yang luar biasa.
Coba bayangkan jika Indonesia, eits nggak usah jauh-jauh, Bayangkan jika Balikpapan dulu ding.
Bayangkan jika beberapa orang tidak terlalu egois untuk membawa kendaraan pribadi, melainkan memanfaatkan transportasi umum salah satunya. Pasti macet akan berkurang, polisi udara tidak akan meningkat, manusia tidak akan kekurangan udara sejuk dibeberapa daerah, atau bahkan yang lebih kritis adalah kita tidak perlu khawatir akan terjadinya global warming. Kasian kan kalau beruang kutub tiap hari khawatir takut esnya cair."

Kira-kira seperti itu persyaratan yang sudah aku laksanakan dan aku posting di akun instagram pribadi aku untuk mendapatkan beasiswa Pratama Foundation.
Saat itu ada dua volunteer yang mengikuti persyaratan ini.
Selang beberapa hari setelah aku memposting aksi nyata, ada pengumuman yang disampaikan dari founder Pratama Foundation dan Koordinator kota Earth Hour Balikpapan mengenai siapa yang menjadi penerima beasiswa. Dan, alhamdulillah aku berhasil terpilih menjadi penerima beasiswa Pratama Foundation yang telah dinilai dan dipertimbangkan dengan seadil-adilnya.

Pengumuman aku sebagai peraih beasiswa Pratama Foundation juga diumumkan oleh kak Yoga melalui akun instagram pribadinya.
"I would say congratulations to @nandinlist has won Beasiswa Pratama Foundation 2018.
Tahun ini Beasiswa Pratama Foundation memberangkatkan Anak Muda Potensial ke Forum Kumbang Earth Hour 2018.
Selamat Mengemban tugas dan semoga membawa inspirasi untuk mengajak anak muda beraksi membangun daerah dan Kalimantan Selanjutnya!
Selengkapnya tentang Pratama Foundation silahkan cek http://bangyog06.blogspot.co.id/2017/12/pratama-foundation.html?m=1
#BangYog #BangYogStories #PratamaFoundation #IndonesianYouth #YogaPratama" - @yogpratam

Setelah ditetapkan sebagai peraih Beasiswa Pratama Foundation yang akan berangkat KUMBANG 2018 di Cibodas Bogor, Jawa Barat dari tanggal 1-5 Februari 2018, aku langsung mengurus surat izin untuk sekolah dan untuk tempat PKL aku.
Alhamdulillah, aku mendapat izin dan dukungan dari kedua belah pihak.

Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Pratama Foundation karena sudah mempercayakan aku sebagai penerima beasiswa tahun ini, semoga dapat bermanfaat dan menambah semangat.
Aku akan diberangkatkan bersama dengan salah satu volunteer Earth Hour Balikpapan yakni kak Ilham Bann yang memang sudah jadi kandidiat perwakilan Kumpul Belajar Bareng (Kumbang) Nasional dari Earth Hour Balikpapan. Dan aku menemani nya untuk berangkat karena aku mendapatkan beasiswa dari Pratama Foundation.

Sebelum hari H tiba, banyak persiapan yang kami persiapkan untuk kelancaran ketika di Bogor nanti, seperti menyiapkan materi presentasi aksi yang sudah dilakukan oleh Earth Hour Balikpapan di tahun 2017 dan aksi yang akan dilakukan oleh Earth Hour Balikpapan ditahun 2018, menyiapkan kesiapan seperti bertanya pengalaman kepada beberapa teman-teman Earth Hour Balikpapan yang pernah berangkat ke Kumbang Nasional sebelumnya, menyiapkan makanan khas kota Balikpapan yang akan dibawa, baju adat yang akan dibawa dan masih banyak hal lainnya.

Ruang tunggu bandara Balikpapan
Sampailah kita di hari H keberangkatan. Hari ini tepat di hari kamis, 1 Februari 2018 sekitar jam 10.30 aku dan kak Ban sudah berada di bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Balikpapan untuk melakukan check-in. Aku terbang bersama pesawat Batik Air pada pukul 11.55 WITA dengan tujuan Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta.
Setelah beberapa jam melintasi awan dan lautan, terdengar suara pramugari mengumumkan bahwa kami sudah sampai di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta.
Sesampainya disana, kami berdua bergegas mengambil bagasi lalu menghubungi panitia yang akan menjemput dan selanjutnya menuju Cibodas Puncak Bogor, Jawa Barat menggunakan bus.

Dibus, aku berkenalan dengan teman-teman Earth Hour yang berasal dari berbagai kota seperti Bali, Tangerang, Nusa tenggara Barat, Surabaya dan banyak lainnya.
Selama perjalanan, aku disambut dengan kemacetan, hujan serta udara dingin yang mulai menyapa.
Sekitar 2-3 jam perjalanan darat menuju Wisma Agro Inkarla tempat penginapan dan kegiatan berlangsung, akhirnya sampai juga ditempat tujuan.
Suhu udara menunjukkan 18 derajat celcius. Sejuk indah, banyak pepohonan dimanapun. Bahagianya bisa menginjakkan kaki di kota hujan dengan pemandangan yang membuat jatuh cinta setiap manusia.
Selama perjalanan didarat saja sudah disuguhkan naikan gunung ditemani pepohonan yang sejuk, seru sekali.

Sampai di Puncak dan langsung menuju ke Aula nya dulu untuk melakukan registrasi dan istirahat sejenak serta makan sebelum menuju villa masing-masing untuk beristirahat.
Sore hari itu, aku ditemani teh hangat, udara dingin dan pemandangan kota hujan dengan kabutnya.
Selesai makan, selesai duduk dan selesai registrasi, semua peserta langsung menuju villanya untuk menaruh barang dan beristirahat sejenak sekaligus bersiap-siap sebelum mengikuti kegiatan pertama di hari pertama "Welcome Brief Kumbang 2018" nanti malam yang akan dilaksanakan diaula.

Namaku terdaftar di Villa Agapanthus dengan kamar nomor 2 dan dengan 2 nama lainnya yang akan satu kamar denganku, langsunglah aku bergegas menuju villa yang tepat berada dibawah aula tempat aku makan dan duduk tadi.
Ketika aku sampai divilla, ada dua orang yang sedang duduk di dalamnya. Mungkin, mereka orang pertama yang berkenalan dengan aku sebagai teman satu villa. Namanya kak Clara yang berasal dari Jakarta dan kak Dita yang berasal dari Tangerang yang menjemput aku tadi di Bandara Halim.

Sesudah menyapa sembari berkenalan, aku langsung saja menuju kamar nomor 2 untuk menaruh barang dan beristirahat sejenak sebelum bersiap-siap.
Rupanya teman sekamar aku belum juga datang, karena memang ada beberapa peserta yang baru datang pada malam hari nanti.
Aku berkemas, membuka koper dan mencari peralatan mandi lalu aku mandi pastinya.
Masyaallah, air untuk mandi rasanya seperti air es yang ada dikulkas rumahku, dingin sekali.
Bagaimana tidak, bahkan suhu hanya bergerak diantara 18 derajat s/d 19 derajat dihari pertama itu. Yang biasanya suhu di Balikpapan paling dingin adalah 26 derajat. Wohaa kebayang serunya!

"Welcome Brief KUMBANG 2018"
Tiba saatnya aku dan teman-teman satu villa menuju ke aula atas untuk mengikuti jadwal pertama.
Kegiatan yang berlangsung malam itu adalah perkenalan seluruh peserta kumbang 2018, penjelasan singkat mengenai acara, aturan dan target kumbang yang dijelaskan langsung oleh kak Chris dan kak Galih selaku koordinator Earth Hour Indonesia, lalu lanjut ke makan malam.
Semakin malam semakin dingin dan sejuk, aku makan malam bersama teman-teman yang bermacam-macam asal dan budayanya, seru sekali.

Maklum lagi main hp karna juga harus ngejalanin tugas secara online hihihi, jadi bagi waktu banget antara memperhatikan pembicara serta memposting kegiatan untuk laporan online.
Sehabis makan malam, peserta dipersilahkan untuk beristirahat agar kegiatan besok bisa dilaksanakan dengan keadaan badan yang semangat dan tidak letih.
Aku turun dan menuju villa, saat itu teman sekamarku baru saja datang dan baru selesai makan. Perkenalkan namanya kak Asriani dan akrab disapa kak Ani, ia adalah teman sekamarku yang berasal dari Palopo.

Tidak terasa hari sudah berlalu, hari sudah petang. Semua peserta bergegas menuju villa dan kamarnya masing-masing untuk beristirahat, setelah seharian lelah diperjalanan.
Puncak dingin malam ini, tapi suasana Villa Agapanthus hangat dengan riuh obrolan teman-teman yang sedang berkenalan lebih jauh dan berbagi pengalaman.
Penghuni Villa Agapanthus sudah lengkap. Nanti akan aku kenalkan.

Obrolan menghanyutkan malam, kami semua tertidur lelap sampai akhirnya sinar pagi masuk kedalam hati, dan aku terbangun untuk bergegas mandi lalu melihat suasana sekitar.

Hari ini adalah hari Jum'at, 2 Februari 2018.
Seperti apa pagi di Puncak Bogor?  Indah.
Pagi sudah tiba, aku dan teman-teman bersiap menuju aula untuk absen, sarapan dan sambil menunggu jadwal kegiatan yang akan terlaksana pagi ini.
Setelah sarapan, hari kedua ini ada sesi pertama dari kak Galih Aji Prasongko selaku koordinator Earth Hour Indonesia, yang akan membahas "Review & Highlight Earth Hour 2017".
Sesi pertama ini dilengkapi dengan pemutaran video highlight Earth Hour, riset Earth Hour, sampai kepada jumlah Earth Hour pada tahun 2018 ada 31 kota yang aktif dari Aceh hingga Papua dan jumlah volunteer aktifnya terdata sekitar 1.500 orang diseluruh dunia serta ada 2.000.000 pendukung setia yang terlihat dari digital activity. Namun, Palembang, Palangkaraya, Medan, Padang dan Banjarmasin memilih menonaktifkan kegiatan Earth Hour ditahun 2018 ini.
Sesi pertama cukup membuat aku belajar semakin mendalam tentang Earth Hour.

Regional Kalimantan
Tibalah sesi ke-2 dihari kedua ini yakni Presentasi Earth Hour per-Regional. Untuk Regional Kalimantan sendiri, kami mendapat urutan ke 7 setelah regional Denpasar dan Mataram untuk melakukan presentasi kegiatan aksi yang telah dilakukan ditahun 2017 dan yang akan dilakukan ditahun 2018.
Saat presentasi, perwakilan Earth Hour Balikpapan menjelaskan tentang aksi yang telah dilakukan seperti : Sejuta aksi yakni 145 reusable bag di 245 sekolah dengan program "Earth Hour Goes To School", penanaman dan pembibitan mangrove dengan program "Satria Mangrove", serta program Balikpapan bebas puntung rokok yang akan menyadarkan masyarakat tentang bahaya nya sampah puntung rokok yang dibuang sembarangan.

Kurang lebih seperti itu yang dibawakan oleh Balikpapan karena kita harus membagikan waktu dengan Earth Hour lain yang didalam regional Kalimantan juga.
Banyak program-program yang dijabarkan oleh setiap regional, semua program bertujuan satu yakni untuk membuat bumi menjadi lebih baik lagi.
Tidak terasa waktu berlalu, sudah semua regional menjabarkan presentasi programnya masing-masing sehingga waktu untuk sholat jum'at tiba.
Peserta dipersilahkan beristirahat dan bersiap-siap untuk sholat jum'at bagi laki-laki yang muslim, dan untuk yang non muslim atau perempuan, dipersilahkan makan siang atau ke villa tapi harus kembali beberapa menit sebelum sesi selanjutnya dimulai.

Sesi ke-3 di hari kedua oleh kak Dewi Satriani selaku Campaign & Mobilization Manager WWF-Indonesia, yang akan membahas "WWF & Earth Hour 2018-2020 Communication Strategy."
Dalam pembahasan sesi 3 ini terdapat target untuk meningkatkan awareness (2020), contohnya bebas sampah, carbon emision, Connect2Earth sebagai slogan untuk membangun awareness lewat conversation melalui media apapun dan harus meningkat.

Sesi ke-4 di hari kedua oleh kak Diah R Sulistiowati selaku Forest and Terestrial Species Campaign Coordinator WWF-Indonesia, yang membahas "Dampak Deforestasi terhadap Keanekaragaman , Hayati serta peran pemuda dalam melindungi kelestarian alam".
Pembahasannya : Penurunan pada hutan (rusak), dampaknya pun membuat keanekaragaman hayati punah serta perubahan pada iklim dan kebakaran hutan. Ternyata Indonesia penyumbang terbesar datang dari deforestasi. Deforestasi ini menghasilkan karbondioksida, melalui kebakaran hutan, pembukaan lahan untuk kelapa sawit dan pemukiman, industri, perkebunan kayu dan masih banyak yang lainnya.
Tentunya dampak negatif yang dihasilkan berupa perubahan iklim dan hilangnya biodiversity.

Untuk ancaman di laut berupa: Jumlah status perikanan yang di eksploitasi mencapai 60%, Coral diprediksikan bisa hilang pada tahun 2050 karena climate change. Ancaman terbesarnya berupa plastik yang disebabkan oleh konsumsi yang berlebihan.
Ancaman bagi energi, tentunya penggunaan transportasi pribadi yang meningkatkan kebutuhan bahan bakar fosil.

Sesi ke-5 di hari kedua oleh kak Margareth Meutia (kak Maggie) selaku Footprint Campaign Coordinator WWF-Indonesia, yang membahas "Membangun gerakan konsumen yang bertanggung jawab".
Menjadi konsumen merupakan peran yang dimiliki oleh manusia, maka dari itu nasib bumi juga berada dalam tangan manusia itu sendiri.
Kamu termasuk konsumen? Pertanggung jawabkan apa yang kamu beli, karena yang kamu beli adalah apa yang kamu dukung. Ayo saatnya #BeliYangBaik , membeli barang-barang yang memiliki label ramah lingkungan.
Sekitar 63% konsumen bersedia untuk menggunakan atau membeli bahan-bahan yang berbahan ramah lingkungan dengan harga sedikit mahal, karena mereka merasakan langsung akibatnya yaitu pemanasan global. Kendala dari #BeliYangBaik yaitu harga yang sedikit mahal dan ketersediaan produk di pasaran.
Beli Yang Baik terdiri dari : beli yang perlu, beli yang lokal, beli yang alami, beli yang awet dan beli yang ekolabel.
Setiap perbuatanmu akan berdampak, maka apa yang kamu beli juga bisa berdampak bagi lingkungan. Saat ini keputusan ada ditanganmu, berdampak apakah yang akan kamu beli? Berdampak buruk untuk lingkungan atau berdampak baik untuk lingkungan? Jadilah konsumen yang cerdas dan bertanggung jawab.

Sesi 5 yang dibawakan sangat mengesankan, sama halnya dengan sesi-sesi sebelumnya. Aku dikelilingi gudangnya ilmu dan relasi.
Terima kasih Pratama Foundation telah membawaku kesini, Terima kasih Earth Hour Balikpapan memberikan kesempatan kepadaku berada disini.
Waktu makan malam sudah tiba dan telah siap, sebelum berlanjut ke sesi berikutnya seluruh peserta dipersilahkan beristirahat dan makan malam sejenak.
Dinginnya Puncak membuat makan malam terasa indah dan terasa hangat karena dikeliingi teman-teman dan keluarga yang baru.
Suasana makan malam hari itu menambah semangat untuk menanti sesi berikutnya.

Sesi ke-6 dihari kedua oleh kak Dwi Aryo Tjiptohandono selaku Marine & Fisheries Campaign Coordinator WWF-Indonesia, yang membahas "Teman Taman Laut".
Banyak hal yang dieksploitasi dari laut bukan untuk kebutuhan hidup. Kondisi laut kini, temperatur atau suhu sudah mulai meningkat, artinya keanekaragaman hayati dan ekosistem telah mengalami perubahan yang mengarah kepada hal negatif.
Saat ini, tantangan yang ada dilaut berupa : Hanya 10% dari 17,9 juta hektar kawasan konservasi perairan yang dikelola dengan baik. Sisanya adalah kawasan konservasi diatas kertas, Indonesia adalah negara terbesar kedua yang berkontribusi dalam sampah di laut setelah China dengan 3,2 juta sampah plastik pertahun didalam sampahnya.

Data terbaru dari LIPI, hanya 6,39% terumbu karang di Indonesia berkondisi baik dan 35,1% dalam keadaan waspada. Ditahun 2014, Indonesia masih menjadi produsen ikan hiu terbesar dan berkontribusi sebesar 12,3% dari total produksi hiu di dunia, bahkan 52% dari 3.489 juta hektar mangrove dalam keadaan rusak dan 40% dari sumber daya perikanan di Indonesia berstatus over fishing atau diambang batas penangkapan.
Bagaimana solusinya?
WWF mengajak publik untuk mengenali, mengunjungi dan mengawasi kawasan konservasi perairan yang di Indonesia jumlahnya 17,9 juta hektar (165 kawasan), serta dapat melalui Marine Buddies, pelaporan aktivitas bahari bisa dilaporkan serta dapat berbagi pengalaman.


Kegiatan hari kedua ditutup dengan sesi materi dari kak Adji Santoso selaku Head of Brand and Partnership WWF-Indonesia & kak Chris Rahardian selaku Earth Hour Indonesia, mereka membahas tentang "Clinic Discus for Corporate, Partnership & Brand Engagement, Campaign Guideline.
Kegiatan dan materi di hari kedua berjalan dengan lancar. Cukup padat serta cukup menambah ilmu.
Sekitar jam 10.30-11.00 setiap peserta dipersilahkan menuju villa untuk beristirahat dan bersiap menerima materi selanjutnya pada esok hari.


Sabtu, 3 Februari 2018.
Sama seperti pagi di hari sebelumnya, aku mandi, bersiap-siap lalu kemudian menuju aula untuk sarapan pagi dan absen. Kurang lebih sekitar 1 jam 20 menit setelah makan, dimulailah sesi ke-7 dihari ke 3 yang dibawakan oleh kak Rizal Malik selaku CEO WWF-Indonesia, yang membawakan materi "Membangun strategi kolaborasi dan aksi untuk konservasi di Indonesia".
Konservasi yang pertama kali dilakukan adalah konservasi badak Jawa yang hampir punah 55 tahun lalu.
Dari segi keanekaragaman hayati, Indonesialah yang paing kaya. Namun, dari segi kerusakan alam, Indonesia pun berkontribusi sangat besar di dunia. Ini terjadi karna kesalahan dalam pembangunan, tidak adanya pertimbangan lingkungan dalam keseimbangan alam dan yang paling besar berpengaruh adalah ekspansi kelapa sawit.
WWF (World Wide Life Fund for Nature) tidak hanya melakukan konservasi pada binatang, tetapi juga memulihkan habitat rusak, salah satunya di Taman Nasional Sebangau, Kalimantan dengan menanam pohon, membangun dam (jembatan) dan lainnya, selama 10 tahun orang utan telah hidup melebihi dari jumlah yang ada sebelum pemulihan lingkungan.


Selanjutnya sesi ke-8 dihari ketiga oleh kak Anton William selaku Head of Retention KUMPARAN.COM, yang membahas "Digital Colaborative".
Kami diajarkan cara bagaimana menggunakan kumparan.com untuk memposting aksi yang dapat diakses lebih jelas dan lebih lengkap.
Kami dibimbing membuat akunnya serta praktek secara langsung membuat kumparan dengan pembahasan salah satu aksi yang telah dilakukan. Saat itu Earth Hour Balikpapan berkesempatan memposting artikel di kumparan yang berjudul "Balikpapan bebas puntung rokok" yang merupakan salah satu aksi dari Earth Hour Balikpapan.
Setiap sesi memiliki keseruan dan tantangannya masing-masing, bertemu dengan sekumpulan orang-orang cerdas yang membagikan pengalamannya dengan ikhlas kepada seluruh peserta KUMBANG Nasional 2018.
Terima kasih Earth Hour Balikpapan dan Pratama Foundation yang memberikan aku kesempatan untuk berada ditengah-tengah orang hebat seperti mereka.

Waktu menunjukkan siang hari yang terik, peserta KUMBANG Nasional 2018 dipersilahkan untuk istirahat makan dan sholat sebelum menuju sesi berikutnya.

1 jam telah berlalu, Sesi ke-9 dihari ketiga oleh kak Ari Wijanarko Ad ipratomo selaku KWARNAS PRAMUKA, yang membahas mengenai "Peran Pramuka dalam Restorasi Ekosistem dan Konservasi alam di Indonesia"
Gerakan pramuka di Indonesia merupakan yang terbesar di dunia, ada 40 juta orang yang aktif dalam kegiatan kepramukaan.
Misi dari kepramukaan adalah berkontribusi pada pendidikan yang berdasarkan pada Hukum Kepramukaan untuk membangun dunia yang lebih baik.
Saka kalpataru merupakan salah satu sub kegiatan pramuka yang berfokus pada lingkungan. Climate Change merupakan tanggung jawab dari semua pihak terutama pemerintahan internasional, apabia perjanjian Paris tidak dapat dipenuhi maka pada tahun 2030 bumi akan mengalami kenaikan suhu 4 derajat celcius. Menurut NASA, pada tahun 2014 emisi karbon dunia sudah mencapai angka 400 ppm.

Sesi ke-10 dihari ketiga oleh kak Putra Agung selaku Sustainable Palm Oil Program Manager WWF-Indonesia, yang membahas mengenai "Konsep transformasi pada pola produksi dan konsumsi komoditas yang lestari serta berkelanjutan".
Kelapa sawit merupakan sumber devisa negara terbesar kedua, namun masalahnya adalah cara pengolahannya tidak sustainable.
Di Indonesia menghasilkan kelapa sawit sebanyak 4 ton, karena Indonesia lemah dalam bidang teknologi. Di Uni Eropa sekarang juga menyuarakan/mengkampanyekan biofuels, bukan hanya palm oil tetapi edible oil lainnya.


Sesi ke-11 dihari ketiga oleh kak Karina Lestiarsi selaku WWF-Indonesia, yang membahas mengenai "Clinic Discus for Financial & administration report".
Kak Karina menjelaskan mengenai laporan administrasi yang baik dan sesuai peraturan, seperti : Apabila pengeluaran diatas satu juta maka harus ada materainya karena ada aturannya dalam UUD, Jika dibawah satu juga bisa menggunakan struk, bon dan lain sebagainya, bisa juga dengan kop surat atau apabila tidak ada kop surat bisa dengan tanda tangan dengan cap. Batas laporan maksimal 2 bulan setelah hari kegiatan, apabila melebihi itu dianggap tidak valid.

Tidak terasa waktu berlalu begitu saja. Hari ketiga sudah dipenghujung senja, semua sesi materi dari para pembicara hebat yang membagikan ilmunya akhirnya telah berakhir. Semoga ilmu dan pengalaman yang disampaikan pada sesi materi dapat berguna dan menjadi bekal dimasa nanti.
Setelah sesi ke-11 selesai, itupun tanda selesailah materi di hari ke satu dua dan tiga.
Waktu menunjukkan kurang lebih jam 18.00 WIB. Kegiatan tetap dilanjutkan dengan Pengantar Focus Grup Discussion & Peembagian Kelompok yang langsung disampaikan oleh kak Galih Aji Prasongko selaku koordinator Earth Hour Indonesia.
Kurang lebih 30 menit-40 menit pengantar FGD & pembagian kelompok disampaikan, seluruh peserta dipersilahkan untuk makan malam dan bersiap-siap untuk Focus Grup Discussion sesi pertama yang akan dilaksanakan 1 jam 30 menit lagi.
Makan malam selesai, FGD sesi pertama dimulai yakni : "Goals & Target"
Masing-masing kelompok sedang sibuk dan berdiskusi bersama dalam FGD sesi pertama yang waktunya cukup panjang.

Kelompok aksi
Kelompok Aksi (Climate Changes, Biodiversity dan Green Life Style). Yang dibimbing oleh kak Chris dan kak Aryo.
Kelompok ini terdiri dari : Semarang, Makassar, Tangerang, Aceh, Pontianak, Balikpapan, Purwokerto, Palopo, Denpasar, Samarinda dan Mataram.
Dan aku berada di kelompok ini.
Kelompok Aksi membahas target yang akan dilakukan termasuk aksi serentak Earth Hour se-Indonesia.


Kelompok Digital
Kelompok Digital yang terdiri dari : Batu, Palu, Bekasi, Kendari, Jayapura, Solo, Serang, Yogyakarta, Bandar Lampung, Pekanbaru dan Bandung. 
Yang dibimbing oleh kak Yoan, kak Nur Arinta, kak Della, kak Raka, kak Rizal Adi Saputra dan kak Irfan Saputra.
Kelompok ini akan membahas berapa juta target pendukung yang ingin dicapai.


Keompok Project



Kelompok Project (Sustainable Consumption Production) terdiri dari : Bogor, Bandung, Sidoarjo, Malang, Surabaya, Kediri, Depok, Cimahi dan Jakarta.
Yang dibimbing oleh kak Margaret Meutia dan kak Cristian N.
Kelompok ini akan membahas target kampus dengan cara menbuat highlight 1 kota 1 kampus.



Waktu terus berjalan dan berlalu, tidak terasa sudah sangat larut. Peserta dipersilahkan beristirahat ke villa masing-masing dan melanjukan diskusi besok pagi.
Ada beberapa kelompok yang melanjutkan diskusinya sedikit lagi dan ada yang langsung menuju villa untuk beristirahat mempersiapkan stamina untuk besok pagi.
Malam itu dingin, hujan rintik menambah dingin suasana. Suhu terkadang bisa menyentuh 16-17 derajat celcius.
Setelah aku dan kelompokku berdiskusi, aku langsung menuju villa untuk menghangatkan diri. Mengingat mata teman-teman saat itu sudah mau padam karna sudah larut.
Kasur, selimut, bantal, guling dan semuanya yang berbentuk kain terasa lembab didalam kamar. Aku tidur ditemani udara dinginnya kota hujan.

Malam berlalu, pagi datang dengan riang. Ini hari Minggu, 4 Februari 2018.
aku bergegas mandi, bersiap-siap dan seperti biasa menuju aula untuk sarapan dan absen sembari menunggu kegiatan selanjutnya.


Pagi ini dilanjutkan dengan FGD sesi 2 di hari ke empat yang akan berdiskusi dan membahas "Strategi Komunikasi(Pesan) & Ide Program".
masing-masing kelompok masih riuh membahas topik mereka, berdiskusi tentang apa yang akan di hasilkan dari diskusi mereka, ide apa yang akan ditambahkan dan banyak yang lainnya.
Begitu pua dengan aku dan kelompok aksiku, kami membuat sebuah rancangan aksi yang sudah dilakukan beberapa Earth Hour kota dan mencoba menyatukannya untuk dijadikan aksi serentak Earth Hour se-Indonesia.
Diskusi terus berlanjut, muka serius sudah dimana-mana.
3 jam berlalu dengan diskusi yang panjang. Angka jarum jam menunjukkan pukul 12.05 WIB kira-kira, sebagai pertanda waktu istirahat, makan dan sholat telah tiba. Juga pertanda bahwa FGD sesi ke-2 telah usai dan harus diakhiri.
Semua kelompok bergegas makan siang. Ada yang makan siang sambil bersantai, ada yang makan siang sambil berdiskusi, banyak macamnya makan siang hari itu.
Tidak usah berlama-lama, tidak usah berleha-leha terlalu lama, mengingat masih ada program yang akan didiskusikan kembali.

Maka, kegiatan segera dilanjutkan untuk FGD sesi 3 pada hari ke empat.
FGD sesi 3 merupakan final dari apa yang telah didiskusikan yakni "Perencanaan & Timeline".
Dalam sesi ini, semua kelompok di upayakan untuk sudah siap membuat perencanaan dan timeline. Kelompok Digital menghasilkan perencanaan & timeline untuk kegiatan online dan pencapaian target, Kelompok Aksi menghasilkan perencanaan & timeline untuk aksi serentak Earth Hour se-Indonesia dan Kelompok Project menghasilkan perencanaan & timeline untuk kampanye/strategi BeliYangBaik 1 kota 1 kampus.
Diskusi yang terakhir ini dilaksanakan cukup panjang dan over waktu, karena harus benar-benar mempersiapkan kematangan untuk presentasi perkelompok nanti.
Namun, tidak usah menunggu lama. Semua kelompok harus sudah siap mempresentasikan hasil diskusinya karna waktu  FGD sesi 3 sudah habis.

Sesi presentasi kelompok dimulai. Masing-masing kelompok mempunyai waktu 40 menit untuk mempresentasikan hasil diskusinya sekaligus tanya jawab.
Kelompok Aksi mempresentasikan hasilnya seperti penjabaran timeline yang dibuat, main actitynya Earth Hour Goes To School, tujuannya mengedukasi, menggunakan senjata hijau (lunch box, tumbler, sapu tangan, reusable bag), kota yang akan melaksanakannya 31 kota, targetnya siswa siswi, guru, pihak kantin, orangtua murid, indikatornya 2.020.000 siswa di seluruh Indonesia, dan lain sebagainya.
Kelompok Digital mempresentasikan hasilnya seperti penjelasan campaign online serentak Earth Hour Indonesia, dengan contoh tanggal 22 Maret Topik Hari Air, konten sumber air, hemat air, pencemaran air, manfaat keberlangsungan air, todsnya infografis, hastagnya #IniAksiku yang akan menjadi trending, di share serentak di Instagram, Twitter, Facebook dan sosmed aktif lainnya.
Kelompok Project mempresentasikan hasilnya yang berupa rancangan mengkampanyekan Beli Yang Baik di 9 kota di Indonesia contohnya, Surabaya akan mengkampanyekannya dengan cara target orang-orang yang bersantai di kafe lalu mensosialisasikannya.


2 jam kemudian, waktu presentasi beserta tanya jawab sudah habis dan berlalu. Diskusi serta presentasi yang mengagumkan dari semua kelompok yang akan menghasilkan suatu timeline dan aksi serentak untuk Earth Hour di Indonesia. Setelah rangkaian presentasi dilalui, kami semua lanjut ke kegiatan selanjutnya yaitu "Konsolidasi Timeline/Jadwal Kampanye" oleh kak Galih dan kak Chris.
Atau lebih tidak asingnya bisa disebut diskusi bersama, koreksi & tanggapan menyeluruh sekaligus menetapkan hasil dari seluruh diskusi.


Materi tuntas, presentasi selesai. Inilah keluarga baru yang aku dapatkan di Puncak Bogor, Jawa Barat dalam KUMBANG Nasional 2018. Kumbang tahun ini dikabarkan sebagai kumbang terbanyak dari tahun-tahun sebelumnya. Ada 31 kota di dalamnya, ada beragam suku dan budaya dari Aceh hingga Papua.
Terima kasih Earth Hour Balikpapan dan Pratama Foundation yang telah mempertemukan aku dengan keluarga baru yang memiliki visi misi yang sama di seluruh Indonesia.
Semoga kami semua selalu terkoneksi dan beraksi untuk bumi.

Setelah semuanya jelas dan menemukan titik temu, menemukan usulan/ide baru, menemukan jawaban baru, selesailah semua jenis rangkaian Focus Grup Discussion di hari ke empat ini.
Seluruh peserta KUMBANG Nasional 2018 dipersilahkan untuk makan malam lalu bersiap-siap mengenakan baju adat kota/daerahnya masing-masing dan kembali ke aula untuk sesi lepas malam yang artinya perpisahan.
Rasanya menyenangkan sekali aku bisa mengenalkan budaya Kalimantan Timur kepada 31 kota yang ada di aula saat itu, melihat beragam budaya dari Aceh hingga Papua dimalam itu.
Menyenangkan sekligus menyedihkan karena yang berarti malam ini adalah malam perpisahan bagi kita semua.

Aku dan teman-teman satu villa udah siap dan menuju aula. Aku mengenakan pakaian Dayak dari Kalimantan Timur, tampak indah dipadukan dengan hijab merah sebagai warna kesukaanku.
Aku dan kak Ban juga membawa makanan lokal Balikpapan yakni Amplang, semua kota juga membawanya dan tersedia beraneka jenis makanan lokal Indonesia diatas meja sana.
Sesi lepas malam di isi dengan rangkaian hiburan seperti, senam ram sam sam, fashion show per-regional, unjuk bakat per-regional, karaoke bareng dan masih banyak yang lainnya.

Aku dan regional Kalimantan membawakan bakat akting dengan dubbing.
Sesi lepas malam ini juga diwarnai riuhnya suara hujan, dinginnya hembusan angin yang akan membawa suasana ini menjadi kenangan yang tidak terlupakan.
Sudah terlewati 5 hari 4 malam yang mengagumkan. Aku tidak mau melewatinya, semua terasa begitu indah dan hangat. Ah, Bogor! aku akan merindukan hujan dan dinginmu. Begitu kata ku sembari aku tersenyum dengan salah satu temanku disana.
Jam terus berjalan tanpa bisa dihentikan seperti jantung yang terus saja berdetak, dan aku harus merelakan malam itu habis lalu menjadikannya sebuah kenangan yang ada didalam kotak anganku.
Jarum jam menunjuk keangka 2 lebih 15menit, oh tidak! ini sudah pagi. Malam terakhirku sudah berakhir, rasanya baru kemarin aku berada disini.

Baiklah, aku menulisnya dengan wajah tersenyum rindu, dengan menuliskan semuanya disini aku merasa aku masih berada disana.
Ini potret kami yang mungkin akan abadi.


Sesi lepas malam sudah mulai menghilang, beberapa orang memutuskan untuk tidur duluan. Karena jujur saja lelah namun bahagia. Aku juga ikut turun kebawah menuju villa untuk berganti baju dan berkemas barang-barangku karna akan pulang besok.
Beberapa orang masih bertahan di aula untuk sekedar ngobrol dan bernyanyi.
Aku turun, karna sudah larut. Aku suka hujan dimalam itu.
Tepat jam 02.30 WIB, aku memainkan hujan didepan villa agapanthus, merasakan dinginnya dan berharap esok nanti akan kembali kesini.
Aku kedinginan, lalu aku tertidur.

Ini adalah kak Ani, dia teman sekamar aku di Villa Agapanthus selama 5 hari 4 malam.
Kak Ani berasal dari Palopo, dia orang yang lucu, asik dan selalu bercerita denganku sebelum aku tidur.
Kami sekamar hanya berdua, sebenarnya bertiga namun teman kami yang satunya hanya singgah sehari aja nginapnya.
Jadi kesimpulannya kami hanya berdua.
Yang paling aku ingat adalah ketika setiap mau mandi selalu nanya "siapa ini yang duluan" dan percakapan lainnya yang menyenangkan sekaligus menenangkan.
Sampai ketemu lagi kak! Jangan lupain bungsu ya!


Hallo! kami dari regional Kalimantan.
Perkenalkan dari yang paling kanan baju biru;
Namanya kak Putra dari Kutai Barat, kak Eka dari Samarinda, kak Findy dari Pontianak dan kak Ban dari Balikpapan.

Senin, 5 Februari 2018.
Tanggal kepulangan dan tanda semua telah selesai dengan tuntas.
Aku terbangun agak siang sekitar jam 6 pagi, karna biasanya bangun jam 5 pagi.
Aku sangat lelah dicampur bahagia, aku segera mandi dan bergegas keluar kamar.
Ternyata, semuanya masih terlelap. Pagi ini masih hujan, masih dingin seperti biasa. 5 hari 4 malam berada disini, hanya sekali aja suhu menyentuh angka 20 derajat celcius. Matahari terihat hanya sinarnya yang tidak terlalu cerah dan pekat karna kalah dengan oksigen yang kaya dari para pepohonan. Sejuk!
Aku sudah siap dan segera menuju aula untuk sarapan serta absen. Ketika aku lagi sarapan sama kak Ani, terlihat beberapa teman-teman sudah membawa koper dan tasnya, namun aku masih meninggalnya di villa. Aku cepat menyelesaikan sarapan kemudian langsung mengambil koper dan membawanya ke aula.
Bus sudah siap didepan aula, hujan masih saja mengguyur dan aku masih bersantai ditemani teh hangat dengan asapnya. Perjalanan dijadwalkan pukul 11.00 WIB, sekarang masih pukul 09.00 WIB kira-kira.


Tidak lama kemudian, seseorang berseru "ayo yang sudah segera langsung masuk bus, ada longsor kita harus cepat cepat, kalau nggak bisa jadi tidak dapat lewat." sontak aku yang mendengarnya langsung bergegas dan meninggalkan teh hangatku yang masih berasap.
Semua orang berpamitan, saling menyampaikan pesan, saling berpelukan dengan cara terburu-buru.
Langsung saja kumasukkan koperku kedalam bus yang tujuannya ke bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta.
Karena terjadi longsor, keberangkatan kami pun dipercepat. Sekitar jam 09.30 WIB kami didalam bus untuk turun dari Puncak. Aku sempat berpamitan dengan beberapa orang yang ada di aula. Sambil mengatakan sampai jumpa!
Yang ada ditelinga hanya terngiang kata longsor dan longsor, kami lewat jalan lain untuk menghindari longsor, semoga macet tidak terlalu parah.

Mereka adalah teman-teman satu Villa di Villa Agapanthus. Potret abadi ini diambil sebelum kami semua berangkat, diambil saat yang lain sedang buru-buru masuk ke dalam bus. Luar biasa!
Perkenalkan dari kiri : 
Namanya kak Lulu dari Bekasi, kak Ani dari Palopo, kak Amel dari Aceh, kak Aisyah yang aku rasa dari Kediri atau Kendari ya? soalnya mukanya ada yang mirip:(, selanjutnya kak Clara dari Jakarta, kak Dita dari Tangerang, kak Tobing dari Surabaya dan kak Vio dari Sidoarjo.
Mereka semua unik-unik, mereka semua kadang suka julid, suka bully aku ahahaa. Mereka manggil aku dengan sebutan "Bungsu" karna kebetulan aku paling bungsu dari mereka semua.
Yang paling aku ingat, kalau tiap malam sehabis materi lalu ke villa, sebelum tidur wajib nonton ini talkshow Net Tv. Dan kita semua ketawa ngakak bukan karna program TV nya, tapi karna kak Tobing kalu ketawa nyaring abiss.
"Sampai jumpa bungsu"
"Sampai ketemu lagi bungsu"
"Baybay Bungsu"
"Baek-baek disana ya bungsu"

Karna macet yang luar biasa ketika menuju Jakarta, sudah nggak ngehitung berapa jam perjalanan dari Bogor ke Jakarta, seharusnya kalau normalnya kurang lebih 2 jam ya.
Ditambah lagi bus mampir di Stasiun Gambir karna mengantar teman-teman yang lain. 
Keika sampai di Jakarta ternyata juga hujan.
Kira-kira aku sampai di Bandara Halim Perdana Kusuma sekitar jam 5 sore. Aku dan kak Ban beserta teman-teman yang juga turun di Bandara Halim dengan tujuan Bali, Medan dan Surabaya menurunkan barang lalu menuju tempat makan sembari menunggu waktu cek in dibuka.
Sudah kenyang, siap terbang. Waktu perpisahan kembali tiba, sampai jumpa yaa semuanya.
Saatnya cek in, menuju ruang tunggu dan kemudian terbang dari Jakarta ke Balikpapan dengan pesawat Batik Air. 
Setelah beberapa jam, sekitar jam 11 lewat aku dan kak Ban sampailah di Balikpapan, tidak hujan.

Seperti itu perjalananku mengukir kenangan dan pembelajaran selama 5 hari 4 malam di kota hujan.
Aku, Nandini Eka Putri dengan hormat dan dari lubuk hati mau mengucapkan Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Earth Hour Balikpapan yang sudah banyak mengajarkan tentang alam kepada Nandini, sehingga Nandini bisa bermimpi untuk memiiki teman-teman sekaligus keluarga yang mempunyai visi misi yang sama seperti Nandini.

Dan, secara hormat dari lubuk hati yang paling dalam, Nandini juga mau mengucapkan banyak Terima kasih kepada Pratama Foundation yang sudah mendukung serta mewujudkan mimpi Nandini untuk bertemu dengan teman-tema yang memiliki visi misi yang sama.
Terima kasih kak Yoga sudah mempercayakan Nandini menerima beasiswa ini dan membuat Nandini semakin semangat untuk mengejar mimpi seperti kak Yoga.
Semoga niat baik dan bantuan yang kak Yoga lakukan melalui Pratama Foundation dapat dibalas oleh Allah SWT. 
Sukses selalu untuk kak Yoga dan tentunya juga untuk Pratama Foundation. Semoga selalu bisa bersinar dan temukan anak muda menginspirasi lainnya!

Potret bersama kak Yoga.


"Diam adalah caramu memaafkan, berbicara adalah caramu menyebutkan kekecewaan, dan membenci bukanlah bagian dari semua nya."
Begitulah kira-kira sajak yang cocok dinikmati saat ini.

Kebaikan dan kebenaran pun tidak akan menjadi sejarah,
Apalagi sempurna, justru tidak akan pernah ada.
Begitulah deskripsi yang cocok untuk semua manusia yang ada.

2014 x 2018.
Inilah salah satu orang dari kebanyakan orang di dunia yang membuat saya belajar banyak tentang sesuatu seperti mimpi.
Ada satu genggaman tangan yang berisi macam-macam mimpi dengan beragam cara dan usaha yang berbeda-beda namun tujuannya sama.
Ia menunjukkan banyak hal yang ternyata mengandung sebuah makna, seperti;
Lepaskanlah mimpi itu bersama udara yang ada di dunia,
Sekedar agar lebih mudah terbang bersama untuk menggapainya.
Dan, tantangan yang ada juga akan lebih terasa nantinya.

Tantangan bukanlah sebuah penghalang.
Jadilah seperti udara,
Lewati apapun yang menghadangmu tanpa mengganggu.
Namun, ketika kamu datang, kamu akan lebih dari sekedar menyejukkan.

Maka, berhenti lah berbicara jika hanya ingin mencari sebuah kesalahan. Karena manusia adalah gudangnya salah.
Bagi orang yang tidak menyukaimu;
kebaikan dan kebenaran yang telah kamu lakukan bagaikan duri didalam jerami;
Tidak akan pernah nampak, apalagi berdampak.
Dan aku tidak membutuhkan pujian jika akhirnya akan menjadi celaan.

Balikpapan, 2018

-

Sekali lagi, terima kasih Pratama Foundation.

Berakhirlah cerita pengalamanku yang satu ini, terima kasih untuk teman-teman yang sudah mau menjadi saksi ceritaku.
Sampai ketemu di perjalananku yang lain. Terus ikuti cerita di blog aku ya!
Daaan...
Sampai ketemu di Blog aku selanjutnya.
Jangan lupa kunjungi Instagram aku di @nandiniep atau email aku di nandinieka101@gmail.com untuk sharing/kritik & saran ya.


Salam,



Nandini

0 comments:

Posting Komentar